Kaiser dan masa lalu.
Kaiser, Michael Kaiser lengkapnya. Pemuda dengan potongan rambut unik itu memiliki warna mata yang begitu mempesona.
Belum lagi tato mawar biru yang berada di leher dan tato mahkota yang ada di punggung tangan indahnya.
Mungkin dimata orang ramai, Kaiser adalah seorang bebal. Pencari perhatian. Aneh.
Namun semua itu salah.
Kaiser bahkan lebih menderita dari yang terlihat.
Masa kecil adalah masa yang paling berharga untuk membentuk karakter seseorang kelak.
Namun, bagaimana jika yang Ia dengar sepanjang hidupnya berjalan adalah cacian dan makian yang kedua orang tua nya saling layangkan.
Serta pukulan pukulan yang diberikan pada tubuh kecil dan rapuhnya. Takut, Kaiser selalu takut.
Hingga kini dirinya berumur 17 tahun, suara suara yang terdengar keras masih selalu menakutinya.
Nama lengkapnya yang disebutkan oleh seseorang yang berharga juga selalu membuatnya takut.
Hal itu, hanya membuatnya kembali ke masa lalu.
“MICHAEL KAISER, KSEINI KAMU!” Tubuh kecilnya berjalan tergesa gesa menuju seseorang yang memanggilnya.
“DASAR ANAK GAK GUNA! KARENA KAMU!”
Sebuah pukulan dilayangkan kearah perutnya. “KALAU AJA KAMU GA LAHIR! KALAU AJA KAMU GA LAHIR, GUE GAK BAKAL HIDUP KAYAK GINI, SIALAN!”
Kali ini, tendangan yang dilayangkan padanya.
“MICHAEL KAISER BAJINGAN! PARA KAISER SEPERTI KALIAN YANG MEMBUAT INI SEMUA TERJADI!”
Kaiser kecil yang berumur 14 tahun saat itu meringis kuat.
“Ma, maaf, Michael minta maaf, jangan pukul Michael lagi ma.. Sakit..” Ia berucap pelan, namun cukup keras agar wanita yang terus memukuli nya mendengar
“Ma…”
“JANGAN PANGGIL GUE MAMA LO! KARENA LO KARIR GUE, HIDUP GUE, MICHAEL BAJINGAN, MATI AJA LO SEMUA!” Tubuh ringkih itu dicekiknya, ditahannya saluran pernafasan remaja itu.
Kaiser tercekat, nafasnya sesak. Sakit. “M-ma..” Wanita itu berdecih, kuku kuku panjangnya menekan leher sang anak.
Darah perlahan keluar dari lehernya, Kaiser tercekat lagi dan lagi. Ia ingin bersuara, namun tak bisa.
Ia ingin mendorong wanita ini dan membebaskan dirinya.
Ia ingin bernafas.
Ia ingin hidup..
“AEL!”
Ia terlonjak, mengangkat tubuhnya yang terbaring pada ranjang UKS itu dengan cepat.
Rasa sakit menggerogoti leher dan paru parunya, membuatnya meraba lehernya panik.
“Ael, sayang, tenang dulu ya? Tarik nafas pelan pelan..” Isagi menggenggam tangan Kaiser yang masih meraba panik lehernya.
“I- Isa.. Kak Isa..” Ia berujar pelan, menahan tangisnya yang hampir pecah. “Sayang, maafin kakak ya? Tenang dulu.. Tarik nafas kamu pelan pelan, ya?”
Kaiser mengangguk pelan, digenggamnya erat tangan besar Isagi, menyalurkan rasa sakit yang menggerogoti tenggorokannya
“Ael.. Udah ya, tenang.. Ada Aku disini, oke?” Dielusnya tangan Kaiser yang menggenggam tangannya dengan lembut, “Kak Isa..”
“Aku disini, Ael. Aku ga bakal pergi, kok.”
“Bener ya? Jangan panggil Kaiser sama Michael lagi… Aku takut..” Isagi mengangguk
“Iya sayang”