Two Birds On A wire

erzee
2 min readJan 13, 2024

--

Pemilik iris keabu abuan itu menatap kosong pintu kamar di depannya. Menatap nama yang tertera disana, Gempa.

Tatapan kosong itu menatap sang kakak, yang ditatap balik oleh pemilik iris cyan. “Tinggal kita, Solar.” Ujarnya.

“Kak.. Jangan tinggalin adek, ya?” Ice tertegun, “Jangan tinggalin aku kayak kakak kakak yang lain. Aku gamau sendiri..” Si bungsu melanjutkan ucapannya.

“Kakak jangan tinggalin aku juga, ya?” Ice menahan nafasnya sejenak, sebelum dengan keraguan Ia mengangguk. “Iya, Kakak ga bakal tinggalin adek kayak yang lain.”

but he is a liar..

Mereka adalah Ice dan Solar, anak kelima dan bungsu dari keluarga Raja, dua anak berumur dibawah 18 tahun.

Seluruh kejadian itu berjalan sangat amat cepat dalam pikiran Ice dan Solar.

Mereka yang melihat satu persatu saudara mereka meninggal, entah itu akibat pembunuhan, kecelakaan, dan bunuh diri.

Kini, tinggal mereka.

Namun Ice, tak akan pernah sanggup untuk menepati janji nya pada sang adik.

Karena pada akhirnya, Ia meninggalkan si pemilik visor itu dengan kejamnya.

Dengan benar benar kejam, setekah membuat sang adik menumpahkan seluruh kepercayaan kepada dirinya.

Solar tentunya merasa, bahwa semakin hari, sikap Ice terasa semakin janggal. Setiap kali Ice pulang sekolah, luka pasti akan terbentuk di tubuhnya.

Solar sendiri yang bergerak untuk mengobati luka luka itu, mengikuti cara Duri, kakak kembarnya, mengobati lukanya saat eksperimennya meledak dulunya.

Hingga pada puncaknya, saat Solar berjalan masuk menuju gerbang sekolahnya setelah membeli sesuatu dari luar, Ia melihat pemandangan itu.

Pemandangan menyakitkan.

Ice, berlumuran darah.

Barang barang yang dibawanya sontak terjatuh begitu saja, dengan kaki yang terasa semakin lemas itu, Ia berlari mendekati tubuh kakaknya.

Two birds on a wire,

“Kak! Kakak udah janji buat nggak ninggalin Adek, kan?” Ia terisak, menatap wajah kakaknya yang semakin pucat. Namun sang kakak tersenyum.

One, says “C’mon!”

Senyuman terindah yang pernah Solar saksikan dari Ice.

“Dek, maafin kakak, ya?”

And the other says, “I’m tired..”

Sang bungsu menggeleng kuat, “Kak, jangan tinggalin adek!” Ditangkupkannya tangan dingin sang kakak di pipi tembamnya itu.

“Harusnya, Kakak gak janji… buat tetap nemenin adek..” Isak tangis Sang Adik semakin terdengar jelas di telinga Ice, “Nanti.. Kakak sampain ke yang lain, kalo Solar kangen mereka, ya?…”

The sky is overcast,

“Maaf ya..” Solar semakin menggeleng kuat, Ia tak ingin ditinggalkan lagi.

And I’m sorry..

“Adek.. Jangan nyusul…”

One more, or One less.

“Kalau gitu jangan tinggalin adek, Kak! Adek ga mau sendiri, temenin adek!” Ice menggeleng pelan, “Adek…. Maafin kakak…” Iris indah itu, perlahan menutup dengan genangan air yang perlahan jatuh.

Solar menggeleng kuat, “KAK, JANGAN…” Dipeluknya tubuh kaku sang kakak, membiarkan tangisnya semakin deras, tanpa memedulikan banyak orang yang menatapnya kasihan.

“Jangan tinggalin aku…”

Nobody’s worried.

  • fin.

--

--

erzee
erzee

No responses yet